Kamis, 17 Juni 2010

Serba Cah Cabe Hijau Sambil Lesehan

ANDA penggemar masakan serba bebek? Mungkin Anda bosan dengan olahan bebek yang digoreng atau dibakar saja. Tidak ada salahnya mencoba bebek cah cabe hijau ala Pondok Lesehan Rizki yang ada di seberang Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Rasa dan tampilannya memberikan kesegaran baru dalam khasanah kuliner Indonesia. Bebeknya digoreng setengah matang lalu ditumis dengan bawang bombai, jagung muda dan cabai hijau, serta diberi sentuhan bumbu tauco.
Rasanya sedikit agak pedas dan gurih. Biar pun bebeknya sudah habis, tinggal bumbu dan sayurannya saja, masih terasa nikmat dimakan dengan nasi putih.
Menurut si pencipta resep, Esti Mardjani (40), agar daging bebek tidak keras, sebelumnya harus direbus dengan bumbu-bumbu kurang lebih tiga jam. Setelah itu barulah siap dimasak.
"Soalnya kami memakai jenis bebek apkir (yang sudah tidak bertelur lagi), sudah tua dan keras, jadinya harus direbus cukup lama dengan bumbu-bumbu. Kalau pakai yang muda bisa hancur," ujarnya.
Ide resep ini, kata Esti, pada awalnya dibuat secara iseng saja. Ia tidak menyangka mendapat sambutan yang luar biasa dari para pelanggannya. Setiap kali datang para pelanggannya pasti minta dibuatkan bebek cah cabai hijau ini.
Biasanya dia dan suaminya hanya menjual menu bebek goreng dengan sambal korek, yang terbuat dari cabai rawit dan bawang putih serta terakhir disiram dengan minyak jelantah (bekas menggoreng bebek).
"Baru 6 bulan menu baru ini kami sodorkan dan sudah banyak penggemarnya. Yang biasanya hanya 10 ekor bebek per hari sekarang mencapai 15 ekor per hari," tutur Ahmad Alamsyah, sang suami.
Menu cah cabai hijau ini tidak saja dimasak untuk bebek, tapi juga untuk lauk lainnya, seperti ayam, cumi, dan udang. Rasanya pun tetap enak.
Bebek cah cabai hijau memakai sedikit kuah yang diambil dari kaldu ayam. Alasan memakai kaldu ayam, agar tidak terasa amis. Jika memakai kaldu bebek baunya tidak enak dan amis.
Seporsi bebek cah cabai hijau plus nasi dibanderol dengan harga Rp 25.000, sedangkan untuk ayam cah cabai hijau dan nasi dijual dengan harga Rp 21.000. Adapun udang dan cumi (tanpa nasi) dihargai Rp 23.000 per porsi.
Buat Anda yang berasal dari Solo dan sekitarnya, pasti tidak boleh melewatkan menu yang satu ini, yaitu nasi liwet Solo. Kebetulan Ibu Esti ini asli Solo, jadi dia khusus menyajikan nasi liwet ini buat para pelanggannya.
Satu paket nasi liwet ini terdiri dari nasi gurih (mirip nasi uduk) ditambah dengan sambal goreng labu siyem, telur kukus, opor ayam dan areh, terbuat dari santan yang dikocok dengan putih telur. Harganya Rp 15.000. Dijamin puas dan mengenyangkan.
"Di Jakarta tidak ada yang menjual nasi liwet ini, jadi saya pertahankan. Buat yang kangen sama nasi liwet Solo ya mampirlah ke sini," ujar ibu tiga anak ini sambil tertawa.
Menu lain juga banyak ditawarkan di warung ini, seperti nasi goreng, aneka seafood yang divariasikan pengolahannya, soto, dan rawon. Tersedia pula berbagai minuman segar seperti es campur, es teler, jus, es buah dan masih banyak lagi.
Pondok Lesehan Rizki berada di area kuliner di seberang Taman Makam Pahlawan Kalibata. Tempatnya tidak terlalu besar, hanya berisi 10 meja kecil. Di tengah ruang ada batang pohon besar. Untungnya daerah tersebut masih banyak ditumbuhi pepohonan sehingga angin sejuk pun masih terasa.
Meski tempatnya sederhana, para pejabat sekelas menteri, seperti Menteri PU Djoko Kirmanto dan mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier, pernah mampu ke pondok lesehan ini. (Dian Anditya Mutiara)

http://www.wartakota.co.id

Tidak ada komentar: